Senin, 23 Maret 2009

Melatih Si Kecil Tidak Ngompol

Umumnya anak mampu mengontrol BAK pada usia 2-3 tahun. Tetapi toilet training sudah dapat diajarkan ketika anak memasuki usia 18 bulan. Pada usia ini anak sudah memiliki keinginan untuk dapat mengontrol BAK. Jika toilet training dilakukan lebih awal, akan terjadi pemanjangan waktu belajar menjadi sampai dengan usia 4 tahun. Hal ini disebabkan karena anak belum meiliki keinginan untuk dirinya sehingga toilet training yang lebih cepat dapat menimbulkan trauma yang akan mengakibatkan perlambatan pencapaian tujuan.

Pada siang hari anak dibiasakan untuk BAK di toilet pada interval waktu tertentu, misalnya setiap 2 jam sekali atau tergantung kebiasaan anak. Semakin lama, interval waktu tersebut semakin panjang sehingga anak mampu menahan BAKnya.
Pada malam hari, biasakan anak ke toilet sebelum tidur. Kurangi minum sebelum tidur, kalau bisa kurangi minum susu di malam hari jika anak terbisa terbangun di malam hari untuk minum susu. Buat catatan kebiasaan BAK anak pada malam hari. Dengan berbekal catatan tersebut, bangunkan anak sebelum jadwal BAKnya tiba. Ajaklah untuk BAK di toilet dengan mengajaknya jalan meskipun setengah tertidur, tuntunlah tangannya untuk menurunkan sendiri celananya, dan tuntun memakainya kembali setelah BAK selesai. Hal ini berguna untuk menamkan ke alam bawah sadar anak bahwa jika ingin BAK di malam hari dia harus berjalan ke toilet dan membuka celananya. Diharapkan setelah pelatihan ini berhasil, anak akan bangun sendiri untuk BAK.
Beberapa hal yang dijelaskan di atas merupakan teori yang berasal dari berbagai sumber. Pada prakteknya, mungkin saja hal tersebut akan berhasil dengan mudah, tapi kemungkinan juga kita sebagai orang tua akan mengalami berbagai kendala tergantung karakteristik anak-anak kita yang memang berbeda-beda. Mau tidak mau dituntut kreativitas dari masing-masing orang tua.
Pengalaman saya sebagai ibu dari 2 orang anak, mungkin dapat menjadi sumber inspirasi. Menangani putri pertama saya sangat jauh berbeda dengan adiknya. Putri pertama saya sangat kuat minum susu, waktu itu ASI saya berikan sampai umurnya 4 bulan saja karena harus bekerja lagi. Saking kuatnya minum susu dia bisa BAK setiap jam. Toilet training mulai saya perkenalkan sejak usianya memasuki 9 bulan. Terlalu dini memang, tetapi frekwensi BAK yang terlalu sering membuat terlalu banyak celana yang diompoli, belum lagi dia seringkali beramain dengan ompolnya sendiri . Hal tersebut membuat saya mulai mengajaknya pipis di toilet pada usia yang sangat dini.
Jika siang, saya mengajaknya ke toilet setiap 1 jam sekali, itupun masih sering kecolongan, si kecil BAK sebelum 1 jam berikutnya. Tapi lama kelamaan jadi terlatih. Mulai dari setiap 1 jam, 1,5 jam, 2 jam, dst, sampai akhirnya dia bisa bicara dan bilang kalau ingin pipis. Ketika hendak mengajaknya ke toilet, saya mengatakan “mau pipis ya ?, yuk pipis di kamar mandi”. Ketika berumur 1,5 tahun dia menolak pakai diaper, sejak saat itu latihan ke toilet semakin gencar, apalagi ketika itu dia sudah lumayan lancar berbicara. Saya selalu mengingatkan untuk bilang kalau mau pipis. Tapi kadang bilang, kadang juga mulutnya belum sempat menyelesaikan kata-katanya ,pipis sudah mengalir ke lantai , apalagi kalau lagi asyik main. Waduuh, gak mudah ternyata. Karena kesabaran saya sudah mulai menipis, akhirnya saya buat perjanjian, kalau ngompol lagi hukumannya adalah satu kali cubitan di pantat. Sebenarnya tidak tega juga sih nyubit si kecil, tapi karena sudah dibuat kesepakatan, ya, hukuman itu harus dijalankan. Hukuman itu saya terapkan karena berpikir si kecil sebenarnya sudah tau kalau mau pipis tetapi ditahan karena keasyikan main.
Ternyata strategi saya tidak berhasil, hasilnya bukan kepatuhan malah si kecil mulai pintar mengelak. Kalau habis main saya mendapati celananya basah, dia malah bilang kalau tadi ketumpahan air waktu main. Padahal saya tahu bedanya basah karena air atau karena ompol. Pikirku, hukuman ternyata tidak cocok untuk kasus si kecil. Bagiku kejujuran adalah hal yang paling utama. Akhirnya kutegaskan sama si kecil “kalau adek pipis, bilang saja, tidak apa-apa koq, Mama tidak akan nyubit, yang penting adek jujur”. Pada akhirnya si kecil mengaku dan sayapun harus menepati janji. Sejak saat itu, kesepakatan kami tidak berlaku lagi. Kejadian itu membuat saya berpikir panjang kalau harus menerapkan hukuman fisik. Gak lagi, deh……..
Pada akhirnya saya harus menyadari bahwa memang dibutuhkan kesabaran ekstra untuk menangani si kecil. Stratagi semulapun mulai dijalankan lebih ketat. Setiap 2 jam saya bertanya pada si kecil apakah dia mau BAK untuk mengingatkan dan mengajar si kecil merasakan jika kandung kemihnya harus dikosongkan. Sabar dan telaten, itulah kuncinya. Tak perlu hukuman karena saat itu si kecil dalam tahap belajar.
Melatih untuk bangun BAK di malam hari jauh lebih berat. Si kecil sangat kuat minum susu pada malam hari, bisa terbangun 3 sampai 4 kali untuk minta susu. Sangat sulit untuk mengurangi konsumsi susunya di malam hari, yang ada si kecil malah ngamuk kalau permintaanya tidak dituruti. Otomatis pipisnya juga lebih sering, kan? Biasanya sebelum tidur si kecil minum sebotol susu itu berarti 1 jam setelah tertidur, saya harus mengajaknya ke toilet untuk BAK dan setiap jam setelah itu. Atau ketika si kecil terbangun untuk minta susu, saya mengajaknya ke toilet dulu. Setiap malam. waker harus disetel tiap jam. Kalau saya ketiduran, pasti deh tempat tidurnya basah. Untungnya saya masih memakaikan perlak sebagai alas tidur , jadi kasur tidak basah. Dan karena hal tersebut sudah saya lakukan sejak si kecil berumur 9 bulan, ketika waktu BAKnya tiba, saya mengangkat si keci ke toilet dan piss…,sambil merem-merem, si kecilpun pipis. Kabar baiknya, si kecil tidak pernah mengamuk jika dibagunkan untuk pipis, mungkin karena kandung kemihnya selalu terisi sehingga si kecil tidak pernah menolak di ajak pipis.
Sebelum usia 2 tahun si kecil tidak pernah ngompol lagi baik siang maupun malam hari.
Lain lagi ceritanya dengan putra keduaku. Sejak lahir dia tidak terlalu banyak minum ASI, setelah minum susu formulapun demikian. Makanya frekwensi BAKnya tidak terlalu sering, paling 3 atau 4 jam sekali. Tidak perlu usaha ekstra ketat karena interval BAKnya tidak terlau dekat. Toilet trainingpun baru saya kenalkan ketika si kecil berumur 1 tahun. Siang hari diajak ke toilet setiap 3-4 jam sekali atau ketika bangun tidur. Malam hari, paling dibangunkan 1 atau 2 kali. Karena alasan kepraktisan dan si kecil yang banyak gerak, dia tidur malam tanpa perlak tapi menggunakan diaper. Meskipun pakai diaper, si kecil tetap ku ajak ke toilet jika waktu BAKnya tiba. Berbeda debgan kakaknya (bukankah setiap anak memang beda?), si kecil terkadang tidak mau di ajak pipis kalaupun mau, kadang sambil nangis. Tetapi itu tidak menyurutkan saya untuk terus melatihnya. Si kecilpun berhenti ngompol di siang hari pada usia 1.5 tahun dan berhenti ngompol pada malam hari sebelum usianya genap 2 tahun.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Lam kenal ... iya anak saya skrg udah 20 bulan, sejak bulan lalu udah ga mau dipakaikan diapers. Masalah sampe skrg masi lom bisa ngomong kalo mau pipis. Udah pipis baru lah dia omong. Yang paling sulit adalah pas waktu malam hari, dia kuat minum susunya jadi pasti kencing kalo malam (terbukti pas saya lepas diapersnya pasti penuh). Terkadang saya akalin pas dia udah tidur nyenyak baru saya pakaikan diapers. Terkadang dia tau dia marah. Susahnya kalo pas dia bobok diajak pipis ga mau.Gmn ya, apa saya biarkan dulu dia kerasa air ngompolnya jadi dia ga nyaman. Cuman saya kasihan dia basah dunk, susahnya dia kalo udah gitu kadang diganti baju ga mau. Mungkin bisa bantu ....